Pemerintah Indonesia telah menetapkan target ambisius untuk mencapai swasembada daging sapi pada tahun 2024. Namun, saat ditinjau realisasinya, tampaknya masih jauh dari harapan bersama. Mari kita bahas bersama-sama permasalahan yang mencegah pencapaian target tersebut.
Rendahnya Produktivitas dan Kualitas Peternakan
Pertama-tama, kita hadapi permasalahan rendahnya produktivitas dan kualitas dari peternakan lokal. Sebagian besar peternak rakyat, yang menyumbang sekitar 50% pasokan daging sapi di negeri kita, menghadapi kendala dalam meningkatkan produktivitasnya. Mereka umumnya berasal dari daerah-daerah pesanan, seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, NTT, dan NTB. Meskipun bergerak di bidang budidaya untuk menghasilkan pedet, sebagian besar peternak ini masih menghadapi keterbatasan dalam infrastruktur dan dukungan.
Minimnya Infrastruktur dan Dukungan
Minimnya infrastruktur dan dukungan dari para stakeholder menjadi tantangan serius. Kluster industri peternakan, yang menyumbang sekitar 15%, terutama terdistribusi di wilayah Lampung, Jawa Barat, dan Banten. Meskipun memiliki perusahaan-perusahaan korporasi dengan modal dan manajemen yang kuat, mereka juga memerlukan dukungan lebih lanjut untuk meningkatkan kinerja dan kontribusi mereka.
Lemahnya Strategi Tata Niaga
Terakhir, lemahnya strategi tata niaga dalam distribusi daging sapi menjadi permasalahan ketiga. Pemasok dari importir daging beku, yang menyumbang 35%, didatangkan dari berbagai negara seperti India, Australia, New Zealand, Amerika Selatan, dan Amerika Utara. Distribusi daging tersebut, setelah sampai di Indonesia, masih mengalami hambatan dalam strategi penyaluran yang efektif.