Selama puluhan tahun, Indonesia telah menjadi negara yang sangat bergantung pada pasokan sapi impor, khususnya dari Australia. Di wilayah Jabodetabek, di mana permintaan daging sapi sangat tinggi, mayoritas daging yang dijual berasal dari sapi bakalan yang diimpor dan digemukkan di Indonesia. Umumnya, sapi bakalan yang diimpor memiliki berat sekitar 350 kilogram, kemudian digemukkan hingga beratnya mencapai 450-500 kilogram sebelum dipotong.
Menurut Joni Liano, Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong Indonesia (Gapuspindo), konsumsi daging sapi di Indonesia tumbuh rata-rata 8,1 persen per tahun, sementara produksi daging sapi lokal hanya tumbuh sekitar 5 persen per tahun. Hal ini menjelaskan mengapa ketergantungan terhadap sapi impor tetap tinggi, meskipun terdapat penurunan jumlah sapi bakalan yang diimpor pada tahun 2020.
Salah satu alasan utama ketergantungan ini adalah tingginya permintaan pasar yang tidak dapat dipenuhi oleh produksi lokal. Meskipun pemerintah telah membuka peluang untuk mengimpor daging beku dari negara lain seperti India, hal ini tidak mampu mengurangi ketergantungan pada sapi dari Australia.
Australia memiliki populasi sapi yang besar dan telah mengembangkan bibit unggul, seperti sapi Brahman, yang disilangkan dengan berbagai jenis sapi lainnya. Hal ini menghasilkan sapi bakalan berkualitas yang diekspor ke Indonesia. Selain itu, infrastruktur pengiriman yang efisien dari Australia, termasuk penggunaan kapal ternak yang dapat menampung hingga 20 ribu ekor sapi, juga berkontribusi pada kelancaran pasokan.
Australia memiliki beberapa keunggulan yang menjadikannya pemasok utama bakalan sapi. Pertama, jenis sapi yang diimpor adalah bibit unggul dengan tingkat kenaikan berat yang tinggi, rata-rata di atas satu kilogram per hari. Kedua, sapi bakalan dari Australia memiliki ukuran dan jenis yang seragam, yang memudahkan peternak di Indonesia dalam penggemukan. Selain itu, jarak pengiriman yang relatif dekat (5-6 hari) membuat proses pengiriman lebih efisien dibandingkan dengan mengimpor dari negara lain seperti Brasil atau Meksiko, yang memerlukan waktu hingga satu bulan.
Ketergantungan Indonesia terhadap impor bakalan sapi dari Australia merupakan isu yang kompleks dan berkepanjangan. Meskipun terdapat upaya untuk meningkatkan produksi lokal dan menjajaki sumber impor lain, hingga saat ini, Australia masih menjadi pilihan utama. Keunggulan dalam hal kualitas bibit, infrastruktur pengiriman, dan keseragaman ukuran sapi menjadi faktor utama yang menguatkan posisi Australia di pasar daging sapi Indonesia.
Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami melalui WhatsApp atau bisa langsung memesan melalui Shopee dan Tokopedia.