Sapibagus farm telah mengadakan pelatihan bisnis sapi angkatan ke 47, pada Sabtu (19/6/2021). Pelatihan yang diadakan selama 2 hari ini berlokasi di Kinasih Resort Depok, Jl. Raya Tapos, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. Salah satu mentor yang hadir untuk mempresentasikan materi pelatihan adalah Prof. Dr. Muladno, beliau menyampaikan tentang bagaimana bisnis sapi kalau dilakukan secara berjamaah.
Beliau mengungkapkan Bisnis Sapi Masa Depan bahwa bila usaha peternakan sapi di Indonesia ingin maju, peternakan rakyat harus diubah menjadi perusahaan besar. Perusahaan yang dimaksud adalah seperti feedloter dengan total populasi sekitar 10-20 ribu ekor sapi atau bisa dengan membangun kelompok ternak kolektif dengan minimal populasi 5.000 ekor. Perusahaan ternak sapi dibagi menjadi Breeding, Rearing, Fattening, dan Pembibitan.
Bibit yang biasa dibeli oleh para peternak adalah sapi indukan sapi, bibit bakalan sapi biasanya dijual dengan harga mahal karena faktor genetiknya sedangkan indukan dijual dengan harga murah selama masih bisa menghasilkan anakan. Lazimnya, para peternak kecil akan menjual sapinya ke pasar-pasar hewan, hal itu seharusnya tidak dilakukan lagi.
Sebaiknya Bisnis Sapi Masa Depan, perusahaan atau kelompok ternak besar menjual sapinya ke Rumah Pemotongan Hewan (RPH) untuk dipotong dagingnya. Minimal perusahaan peternakan besar memasol sapinya ke RPH, lalu dagingnya akan dipasok ke Restoran, Hotel, dan lain sebagainya. Jam operasional RPH Indonesia dengan RPH luar negeri juga berbeda. RPH Indonesia mulai beroperasi pada malam hari hingga dini hari, sedangkan RPH luar negeri sudah beroperasi sejak pagi hingga sore.
Bisnis Sapi Masa Depan Pola usaha tersebut diperkirakan akan berhasil dalam jangka waktu 50 tahun atau setidaknya paling cepat 20 tahun. Maka dari itu, Prof. Dr. Muladno sudah membangun kelompok ternak dengan mendirikan Sekolah Peternakan Rakyat (SPR). Beliau juga sempat menyampaikan beberapa poin sinergi dalam bisnis sapi:
1. Impor untuk kegiatan produktif perlu didukung tetapi impor untuk kegiatan konsumtif perlu dikurangi atau dihentikan 2. Kebijakan mengimpor 1 ekor sapi indukan setiap mengimpor 20 ekor sapi bakalan (5% dari kapasitas kandang) cukup realistis untuk diterapkan 3. Importasi sapi indukan dibebankan kepada feedloter sangat baik supaya ada kontribusi dalam upaya menuju kemandirian bahan pangan asal sapi, tetapi demikian akan lebih baik lagi jika pengimpornya adalah importir daging yang kompleksitas usahanya lebih ringan
Sinergi dalam bisnis sapi ini diadakan dengan tujuan membangun sinergi antar pihak untuk berkontribusi secara nyata dengan semangat saling menguntungkan dan saling membesarkan. Selain itu, stereotipe masyarakat yang selalu menganggap jelek impor dan membanggakan ekspor adalah hal yang cukup keliru.
Impor daging untuk dijual langsung ke pasar memanglah suatu hal yang bodoh, tetapi bila impor dipakai sebagai bahan pangan itu bagus. Impor bakalan sapi untuk menyediakan daging itu hal bagus karena akan menyediakan lapangan pekerjaan. Begitu pun dalam hal ekspor, bila yang diekspor adalah batu bara dan kelapa sawit atau bahan mentah adalah ekspor rugi. Namun, bila yang diekspor adalah minyak sawit lean adalah hal yang bagus.
Bila ingin memajukan peternakan sapi, impor konsumtif harus dilawan. Impor sapi bakalan adalah sahabat bagi para peternak sapi untuk penyediaan daging.