TDN adalah total digestible nutrien, total nutrisi pakan yang dapat diserap oleh tubuh ternak. TDN sangat penting sebagai salah satu kriteria untuk menilai kualitas pakan yang diberikan kepada ternak. Fungsinya sebagai salah satu indikator untuk mengukur kualitas pakan, jadi semakin tinggi TDN artinya semakin banyak nutrisi yang bisa diserap oleh tubuh ternak, dan semakin efisien pakan ternak. Jika semakin rendah TDN maka semakin banyak sisa yang dibuang.
Setiap bahan pakan itu mempunyai nilai TDN masing-masing, bahan yang satu tentu berbeda dengan bahan yang lain. Yang mempengaruhi besar kecilnya nilai TDN jadi. Ada beberapa bahan pakan yang tidak bisa diserap oleh tubuh, contohnya adalah kadar Abu(bahan anorganik). Ada beberapa mineral yang bisa diserap oleh tubuh tetapi banyak juga mineral-mineral yang tidak bisa diserap oleh tubuh. Maka itu dalam batasan SNI pakan terdapat batas maksimal kadar abu yang diperbolehkan dalam komposisi pakan. Ada juga yang tidak bisa diserap oleh tubuh misalnya serat kasar, jadi memang tubuh ruminansia membutuhkan serat kasar tapi ketika jumlahnya melebihi ambang batas yang dibutuhkan maka serat kasar ini tidak bisa diserap oleh tubuh ternak. Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi kadar serat kasar, misalnya dengan cara fermentasi, cara direbus, ataupun ditambahkan bahan-bahan kimia sehingga lebih bisa terurai dan dapat diserap oleh tubuh.
Apakah berbeda jenis sapi berbeda nilai tdnnya?, jadi yang membedakan bukan jenis sapinya tapi artinya semakin tinggi nilai tdnnya tentu akan semakin baik buat sapi tersebut, Jadi kurang lebih semua sapi pasti sama, harus diberikan pakan yang memiliki TDN yang lebih tinggi. Dalam standar nasional Indonesia (SNI) tentang pakan ruminansia, nanti dibedakan untuk sapi potong, sapi perah, indukan memang berbeda-beda, tapi secara umum TDN yang baik untuk ternak adalah minimal di angka 65%.
Bahan pakan yang memiliki TDN tinggi, sering mendapatkan bahan-bahan pakan yang food grade (bisa dikonsumsi oleh manusia), bahan pakan yang bisa dikonsumsi oleh manusia biasanya TDNnya sangat tinggi Karena perut manusia bukan seperti perut ruminansia, perut manusia adalah perut monogastrik (perut tunggal) jadi yang bisa diserap oleh tubuh manusia biasanya sangat mudah juga diserap oleh tubuh ternah, apalagi ternak ruminansia ini memiliki proses 4 lambung sehingga ada proses bertahap jadi pakan-pakan yang dalam kualifikasi food grade bisa untuk pakan manusia itu biasanya memiliki TDN yang tinggi. Contohnya singkong, singkong ini bisa dimakan bisa diserap oleh tubuh manusia sehingga kalau kita berikan kepada ternak tentu memiliki TDN yang tinggi, contoh lainnya ampas tahu, ampas tempe, beras, jagung memiliki TDN yang tinggi, tapi biasanya limbah-limbah dari food grade misalnya dedak, sekam TDNnya jauh lebih rendah, maka itu kalau misalnya mendapatkan bahan pakan yang berasal dari sisa-sisa roti yang sudah kadaluarsa, jagung, beras yang sudah rusak, nah itu ketika diolah menjadi feed atau pakan ternak pasti memiliki TDN yang tinggi.
Apabila salah satu sumber pakan tidak tersedia, dapat menggunakan bahan pakan lain. Jadi semakin banyak ragamnya tentu akan semakin baik karena kalau ada kekurangan dari salah satu pakan ada anti nutrisi di salah satu pakan dia akan ter-cover atau tertutup dengan bahan pakan lain. Maka itu disarankan jangan pernah memberikan pakan ternak dengan Pakan tunggal sebaiknya memang terdiri dari berbagai macam pakan yang dicampur. Harus diperhatikan sumber protein itu bisa dari protein nabati dari bungkil kelapa bungkil sawit, bungkil kacang atau misalnya dari daun-daunan legum, kemudian protein hewani misalnya dari tepung ikan, disarankan kalau protein hewani ini pemakaiannya harus kita batasi dan jangan pernah menggunakan protein hewani yang berasal dari tepung daging dari hewan yang dijual di pasaran, tepung tulang sapi, tepung darah, sebaiknya gunakan sumber protein dari nabati.
Standar nasional TDN berada diangka 65%, semakin tinggi tentunya semakin baik tapi kalau semakin rendah tentunya akan semakin sedikit nutrisi yang dapat diserap. Contohnya jerami kalau tanpa pengolahan hanya sekitar 15% yang bisa diserap oleh tubuh ternak. Maka apabila hanya diberikan jerami tentunya ternak tidak akan bisa gemuk karena memang hanya sedikit nutrisi yang bisa diserap oleh ternak dari bahan jerami.
Mengapa sapi lokal tidak dapat memiliki bobot sebesar sapi non lokal? karna memang faktor genetik, ada beberapa faktor yang mempengaruhi bobot akhir ternak, meskipun sapi lokal juga ada yang bisa bobotnya mencapai 1 ton kalau memang dipelihara dengan baik diambil dari bibit-bibit yang baik, tapi secara umum sapi-sapi lokal apalagi seperti sapi Bali, sapi Madura itu memang tidak bisa memiliki bobot seperti sapi limosin mental karena secara genetik memang turunan. sapi-sapi lokal tidak sebesar sapi-sapi dari bos taurus jadi sapi-sapi lokal dari Asia itu memang rata-rata memiliki bobot yang lebih kecil, namun untuk meningkatkan bobot biasanya oleh peternak melakukan kawin silang makanya ada istilah namanya sapi madrasin itu adalah satu madura yang disilang dengan limosin dan namanya simpo simental & po, ada Limpo limosin & PO dan lain-lain.
Cara mendapatkan TDN maksimal pada sapi, tentunya untuk mendapatkan nilai TDN yang lebih tinggi harus melakukan treatment pengolahan, misalnya dengan cara fermentasi dulu pakannya, ada beberapa metode fermentasi ada secara mekanis, itu digiling dulu supaya lebih gampang dicerna ada yang bahkan dengan cara direbus kemudian ada yang dengan cara ditambahkan bahan-bahan kimia secara kimiawi, makanya ada istilah amoniasi, itu semua adalah upaya-upaya untuk meningkatkan nilai TDN dari pangan sehingga tujuan akhir dari penggunaan pakan akan memberikan hasil yang maksimal pada pertumbuhan ternak.