Bahan pertama yang digunakan adalah ampas tahu, yang memiliki kandungan protein tinggi dan teksturnya menggumpal. Bahan kedua adalah jagung hibrida yang dikenal sebagai janggel jagung, mengandung serat dan memberikan tekstur khusus pada konsentrat. Sementara itu, tongkol singkong, dengan tekstur kasar, menjadi sumber karbohidrat utama. Dedak, dengan tekstur halus, juga ditambahkan sebagai sumber karbohidrat.
Selanjutnya, tepung roti, bungkil sawit, dan tepung biskuit juga terlibat dalam pembuatan konsentrat. Tepung roti memberikan tekstur kasar dan warna kecoklatan sebagai sumber karbohidrat. Bungkil sawit, dengan tekstur kasar, menyumbangkan protein, sementara tepung biskuit berperan sebagai premix dengan sumber protein.
Kemudian, garam dan premix dicampurkan sebagai sumber vitamin dan mineral. Fermentator, yang terdiri dari campuran molase, air prebiotik, dan air, turut serta dalam proses ini. Langkah selanjutnya adalah menaburkan Jungle Jagung sebagai bahan pertama, diikuti dengan ampas tahu yang dihamparkan kembali di atasnya. Begitu pula dengan tongkol singkong yang diletakkan diatas dua bahan sebelumnya. Dedak dan tepung roti juga dihamparkan secara berurutan untuk memastikan lapisan yang merata.
Proses berlanjut dengan penambahan bungkil sawit dan premix di atas bahan-bahan sebelumnya. Garam dan premix ditaburkan untuk memberikan unsur gizi yang diperlukan. Proses selanjutnya melibatkan pencampuran air molase ke dalam bahan baku yang sudah dihamparkan. Penggunaan gayung membantu mencampurkan secara merata agar konsentrat memiliki distribusi bahan yang seragam.
Hasil akhir dari proses ini adalah konsentrat berbentuk wafer berlapis-lapis. Proses pembuatan konsentrat sapi secara manual ini melibatkan langkah-langkah yang teliti dan presisi, serta memastikan setiap unsur gizi tersedia dalam jumlah yang sesuai.
