Cegah Sapi Indonesia Punah Dengan Impor?

Topik Artikel : Qurban
Sapibagus Sabtu 30 September 2023
Share this

Impor daging sapi dari hari ke hari mengalami kenaikan padahal pemerintah sudah berupaya untuk menambah populasi sapi di Indonesia, agar dapat menstabilkan harga daging yang mana pada musim-musim tertentu terus mengalami kenaikan harga. Berikut tanggapan Prof. Dr. Muladno selaku Ketua Pusat Kajian Pembangunan Pertanian dan Pedesaan, IPB University, terkait pengimporan daging sapi sebagai solusi pemenuhan kebutuhan daging khusunya daging sapi di Indonesia.

Menurut Prof. Dr. Muladno, mengimpor sapi untuk saat ini merupakan solusi yang paling tepat karena apabila tidak melakukan impor, yang dapat terjadi adalah berkurangnya populasi sapi indonesia apalagi kebanyakan sapi yang dipotong merupakan sapi betina. Walaupun beliau setuju dengan rancangan terkait pengimporan sapi, beliau mengatakan Indonesia juga harus tetap berusaha memenuhi kebutuhan daging sapi secara mandiri.

Prof. Dr. Muladno menyampaikan keheranannya terhadap harga daging sapi yang setelah dilakukan pengimporan sapi masih saja mengalami perlonjakan harga, menurut beliau apabila sudah dilakukan impor seharusnya harga daging menjadi turun. Setelah beliau melakukan pengamatan, hal ini terjadi karena jumlah populasi sapi dikuasai oleh peternak-peternak kecil. Peternak kecil ini ternyata pads proses pemasaran, sapi Jantan mereka jual hanya pada saat musim Qurban, sedangkan pada hari-hari biasa mereka mengorbankan sapi-sapi betina yang sudah pernah 2 kali beranak untuk dipotong. Yang ternyata baru diketahui oleh beliua adalah perubahan harga daging sapi terjadi setiap waktu Qurban tersebut, sehingga harga daging sapi setelah dilakukan impor masih saja mengalami kenaikan harga.

Menurut Prof. Dr. Muladno impor sapi memang perlu dilakukan, tetapi impor itu tetap harus dibatasi, impor ada 2 jenis, yaitu impor produktif dan impor konsumtif. Menurut beliau impor yang perlu dilakukan adalah impor produktif, misalnya seperti jika ingin memproduksi daging dengan multiplier evect yang lebih banyak, yang harus diimpo adalah sapi hidup. Hal ini menurut beliau karena sebelum pemotongan sapi dipelihara dulu berapa bulan sehingga akan ada banyak pihak yang berkontribusi dalam proses penyediaan daging, seperti pihak penyembeli, pihak penyedia pakan, pihak pengolahan daging, dan pihak pengolahan limbah.

Selain itu, menurut Prof. Dr. Muladno contoh lain impor produktif adalah impor daging beku, daging beku tersebut tidak jual langsung, tetapi diolah terlebih dahulu menjadi bahan olahan seperti sosis ataupun nugget. Menurut beliau yang merupakan impor konsumtif adalah impor daging kemudian langsung dimakan, hal ini yang perlu dihindari.

Prof. Dr. Mulaldo menyampaikan, karena masih membutuhkan daging dan tenaga kerja, hal yang perlu dilakukan adalah pertama meningkatkan populasi sapi lokal dengan berbagai Upaya yang dapat dilakukan, kedua jika ingin melakukan impor, yang harus diimpor adalah sapi hidup, yang ketiga adalah jika ingin mengimpor daging, bisa mengimpor daging premium seperti daging wagyu.

Menurut Prof. Dr. Muladno upayah yang dapat dilakukan pemerintah terkait pemahaman bagi pertenak untuk melakukan impor bakalan sebagai upaya perputataran ekonomi adalah pertama mengedukasi peternak lokal, sehingga program program pemerintah dapat diarahkan kepada peternak, dan peternak mampu mengembangkan peternakan milik mereka. Kedua bisa dilakukan pemenuhan feedlotter-feedlotter yang ada tetapi masih dalam pemantauan agar tidak keblabasan sehingga harga dapat dikendalikan. Yang ketiga kemudian mengimpor daging, tetapi ada syarat seperti bekerja dengan peternak kecil dengan cara meminjakan indukan apabila telah mengimpor sapi dalam jumlah besar.

Produk Terkait
Dapatkan info produk terkait artikel di atas dengan klik tombol "Pesan Produk Terkait" sekarang!
Artikel terkait
Cegah Sapi Indonesia Punah Dengan Impor? | Blog tokosapibagus.com | Toko Sapibagus