Pemeliharaan sapi di Indonesia memiliki berbagai metode yang dapat mendukung pertumbuhan dan kesehatan ternak. Salah satu cara yang semakin populer adalah penggunaan kandang koloni. Pada kesempatan ini, sapibagus akan mengulas bagaimana sistem pemeliharaan sapi bali di salah satu kandang dengan metode tersebut dapat memberikan keuntungan yang signifikan.
Kandang koloni adalah sistem di mana sapi-sapi dipelihara dalam lingkungan yang lebih bebas. Meskipun sapi-sapi ini tetap dikontrol dengan tali yang terpasang pada hidungnya, mereka memiliki kebebasan bergerak di dalam kandang lepas. Hal ini membuat sapi-sapi lebih nyaman karena mereka dapat berkeliling, bergerak bebas, dan makan tanpa harus berebut dengan sapi lainnya. Sapi-sapi di kandang koloni juga memiliki akses langsung ke tempat minum, sehingga kebutuhan air mereka selalu terpenuhi.
Pada awalnya, sapi Bali ini terbiasa memakan pakan hijauan seperti rumput. Namun, setelah masuk ke sistem kandang koloni, sapi-sapi ini beradaptasi dengan pakan kering atau konsentrat. Konsentrat ini mengandung nutrisi yang lebih seimbang, sehingga pertumbuhan sapi yang sebelumnya lambat karena hanya mengandalkan pakan hijauan, menjadi lebih cepat. Pertumbuhan harian sapi ini dapat berkisar antara 0,5 hingga 0,8 kilogram per hari.
Sapi bali yang dipelihara di kandang ini telah berada di sana selama sekitar lima hingga enam bulan. Pada awalnya, sapi-sapi tersebut terlihat kurus, namun dengan pemeliharaan yang intensif, berat badan mereka meningkat secara signifikan. Selain konsentrat, sapi-sapi ini juga diberi pakan hijauan berupa jerami, bukan rumput lapangan atau hijauan lain. Meskipun demikian, karena kandungan nutrisi konsentrat yang diberikan cukup tinggi, dengan protein kasar berkisar antara 13% hingga 15%, pertumbuhan sapi tetap optimal.
Ada anggapan bahwa sapi bali, yang secara genetik masih memiliki hubungan dengan banteng, cenderung berkelahi jika dipelihara bersama dalam satu kandang. Namun, dari pengalaman di kandang koloni ini, meskipun pada awalnya sapi-sapi tersebut memang sempat berkelahi, seiring waktu mereka dapat hidup rukun tanpa perkelahian. Ini menunjukkan bahwa asumsi bahwa sapi Bali akan selalu berkelahi jika dikumpulkan bersama, tidak sepenuhnya benar.