Masalah kondisi persapian di indonesia sering terulang adanya kenaikan harga, krisis pasokan yang berdampak pada peternak maupun industri peternakan sapi potong. Di tambah dengan ketergantuan impor bakalan dari Asutralia yang sudah berjalan selama 30 tahun lebih. Impor daging kerbau dan daging sapi beku murah dari india rupanya tidak menyelsaikan masalah daging sapi di indonesia.
Dalam Penyampaian dari Prof. Dr. moeladno dalam seminar daring yang diadakan oleh akademi ilmu pengetahuan indonesia, Patahka, ITB Universiti, dan ikatan sarjana peternakan indonesia, “ Disatu sisi indonesia sudah mengimpor sapi dan daging sapi dengan jumlah yang sangat banyak. Namun, ternyata tidak membuat harga daging sapi ini turun. Bukan hanya daging sapi yang di impor namun juga daging kerbau india di impor untuk memenuhi kebutuhan daging indonesia. kenaikan harga daging disebabkan oleh dampak ketergantungan sapi dari negera lain. kenaikan harga daging terjadi di wilayah JABODETABEK bukan di seluruh indonesia. menurutnya selama ini memang DKI bodetabek ini sebagai wilayah konsumen. Jadi yang bisa memasok itu ternyata berdasarkan data statistik bisa kita lihat ada delapan provinsi itu saya ambil dengan populasi di atas 750.000per provinsi ada provinsi Jawa Tengah Jawa Timur Bali NTB NTT yang kemudian ada Sulawesi Selatan yang di sebelah barat ada Sumatera Utara dan Lampung. dari delapan provinsi yang paling tinggi adalah Jawa Timur dan menyumbangkan angka 4 juta lebih. Wilayah lain yang cukup dominan yaitu Australia. Jarak antara wilayah darrwin ke jakarta lebih dekat dibanding ke wilayah lain. selanjutnya wilayah pemasok daging selanjutnya adalah india, namun india tidak memasok sapi hidup melainkan hanya memasok daging beku ke indonesia.
Dalam data yang di paparkan Prof. Dr. muladno, australia memiliki jumlah penduduk kisaran 24 juta jiwa dengan populasi sapi di australia 26 juta ekor. Sedangkan di indonesia populasi sapi 17 juta ekor dengan jumlah penduduknya adalah 270 juta jiwa dengan penyebaran sabang sampai merauke. Hal ini mengakibatkan indonesia tidak sanggup memenuhi kebutuhan daging di jakarta karena harga bakalan sapi australia naik sehingga harga daging sapi di JABODETABEK naik. Lalu impor daging kerbau menyebabkan dampak negatif bagi feedlloot dan peternak rakyat. Hal ini dapat menjadi jalan buntu bagi JABODETABEK dapat terjadi krisis daging sapi berkepanjangan karena impor sapi bakalan dari australia mahal, selain itu juga mengimpor bakalan sapi dari meksiko memilki resoko mahal juga karena jarak yang jauh. Lalu sapi bakalan jantan di indonesia yang tersebar dimana-mana hanya di siapkan untuk hari raya saja. Masalah selanjutnya pemotongan sapi betina masih terjadi meskipun ada sanksi pidana bagi yang melanggar, terkahir impor daging beku dari india bukan daging sapi melainkan daging kerbau.
Dalam penyampaiannya juga , prof moeladno mempunya solusi produktif dan jangka panjang untuk mengatasi masalh ini antara lain 1. Serahkan masalah industri sapi ke pebisnis sapi, pemerintah hanya membuat regulasi kondusif sebagai contoh adalah peternak unggas, 2. Perankan para peternak kecil melalui pendampingan untuk menjadi pengusaha kolektif profesional, 3. Perketat aturan bahwa impor daging beku hanya untuk bahan baku industri, 4. Pengawasan ketat mengenai alokasi daging beku keluar DKI untuk kebutuhan konsumsi, 5. Perlonggar aturan impor sapi bakalan untuk kebutuhan JABODETABEK karena mengimpor sapi bakalan dapat memberikan dampak ekonomi yang besar ke masyarakat indonesia. yang ke enam kolaborasi feedlot dan peternak rakyat untuk memperbanyak sapi inndukan lokal, 6. Perlunya membangun kerja sama bisnis antara importir daging dan komunitas peternak rakyat, importir daging jangan enak saja Cuma modal freezer tidak ada tanggung jawab pembiakan, mereka harus menyisikan keuntungannya untuk impor sapi indukan.
