Kurangnya Populasi Ternak Sapi Akibat PMK Dan LSD

Topik Artikel : Berita Ternak
Sapibagus Senin 08 Mei 2023
Share this

Selama 1 tahun terakhir ini telah merebak penyakit mulut dan kuku (PMK) dan penyakit kulit (LSD) yang menyerang sapi, seperti apa dampaknya terhadap populasi sapi di Indonesia?

Selama 1 tahun ini kami telah mengikuti perkembangannya. Menurut data dari kementrian pertanian, ada 23 provinsi yang terkena penyakit mulut dan kuku. Menyerang sapi-sapi betina produktif dan sapi-sapi pejantan yang besar sehingga efeknya adalah populasi dimana para petani berjuang untuk mengatasi PMK. Penyakit ini sangat merugikan peternak karena menyebabkan sapi-sapi sakit, jika tidak segera diobati akan menyebabkan kematian. Menyebabkan gaugguan reproduksi sapi dan reproduksi sapi perah.

Dengan kondisi seperti ini petani mengalami banyak kerugian. Kerugiannya berupa banyak sapi yang harus dipotong paksa dan sapi-sapi sakit sehingga bobot badannya menyusut dan produksi susunya akan berkurang. Akhirnya petani-petani memutuskan untuk menutup usahanya. Kerugian apabila penyakit PMK tidak segera diatasi.

Penyakit LSD atau Lumpy Skin Disease yaitu penyakit kulit yang bersumber dari virus yang disebarkan oleh lalat, serangga, maupun nyamuk akibat dari sapi-sapi yang terkena apabila serangga menyebarkan ke sapi-sapi lain maka sapi-sapi lain juga akan terkena. Nah, ini juga dampaknya hampir sama dengan PMK dimana sapi-sapi yang terkena ini mengalami demam, kemudian nafsu mamkan sapi berkurang dan menyebabkan infeksi pada kulit sapi. Apabila tidak diatasi maka akan menyebabkan sapi sakit dan mati. Sehingga sebagian peternak berusaha untuk mengobati sesuai dengan kemampuan ala kadarnya. Bahkan harus terpaksa memotong sapi yang terkena penyakit LSD ini.

Tentunya 2 jenis penyakit yang sangat membahayakan ini, yaitu LSD dan PMK. Karena petani mengalami ketakutan untuk memelihara karena khawatir apabila sapi-sapinya terkena, sebenarnya bisa diobati tetapi petani mengalami kesulitan untuk mendapatkan obat-obatnya. Kadang petani juga tidak memahami bagaimana cara mengatasinya sehingga petani putus asa mengingat resiko kerugian yang ada. Dampaknya ketika petani menutup usahanya, maka otomatis populasi sapi akan berkurang di Indonesia. Karena sapi lokal didominasi 100% dikelola oleh petani lokal, bukan pada industri peternakan. Karena industri peternakan seperti feedloter lebih berfokus pada fattening atau penggemukan.

Apabila proses breeding atau pengembangbiakan yang dilakukan oleh para para peternak di daerah mengalami penurunan, maka konsekuensinya akan terjadi penurunan populasi sapi. Apabila terjadi penurunan populasi sedangkan kebutuhan daging sapi di Indonesia relatif stabil kemudian kedepan akan mengalami kenaikkan maka akan terjadi kekurangan pasokkan terhadap daging sapi. Nah, salah satu jalan yang paling mudah adalah mengimpor sapi.

Melihat kondisi seperti ini, apa yang harus dilakukan? Pemerintah harus all out untuk mengatasi 2 penyakit yang merugikan yaitu dengan memberikan vaksin baik vaksin PMK maupun vaksin LSD, vaksin PMK sebagian sudah tersedia di dinas peternakan atau dinas-dinas ketahanan pangan vaksin PMK. Namun untuk vaksin LSD sangat terbatas, sedangkan menurut informasi dari kementrian maupun dari dinas-diinas terbatasnya anggaran untuk pengadaan vaksin LSD. Ini menjadi tantangan. Pemerintah kedepannya harus memikirkan untuk mengatasi penyakit ini agar tidak terjadi kekurangan populasi karena akan mengancam terhadap kebutuhan daging sapi dalam negeri.

Produk Terkait
Dapatkan info produk terkait artikel di atas dengan klik tombol "Pesan Produk Terkait" sekarang!
Artikel terkait
Kurangnya Populasi Ternak Sapi Akibat PMK Dan LSD | Blog tokosapibagus.com | Toko Sapibagus