Kotoran sapi, saat ini, menjadi salah satu permasalahan serius di sekitar peternakan, serta menjadi sumber masalah di berbagai peternakan. Kondisi ini menuntut solusi inovatif untuk mengurangi dampak negatifnya terhadap lingkungan. Salah satu solusi yang diusulkan adalah mengubah kotoran sapi menjadi pupuk kompos. Dalam konteks ini, mahasiswa dari Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran, Annisa Suryani Putri, Muhammad Bariq Athallah, dan Ending Permana, yang sedang menjalankan proses magang di UKM Cattle Buffalo Club (CBC), berbagi pengetahuan tentang cara membuat pupuk kompos dari kotoran sapi.
Proses pembuatan pupuk kompos dimulai dengan memanfaatkan kotoran sapi, yang dalam hal ini telah berumur tujuh hari. Proses pembuatan pupuk kompos tersebut menggunakan berbagai bahan, seperti probiotik dengan merek EM-4, molasses, serbuk gergaji, dan air. Penjelasan ini tidak hanya mencakup bahan-bahan yang dibutuhkan, tetapi juga alat-alat yang digunakan, seperti sekop, ember berlubang, dan drum sebagai wadah pembuatan kompos.
Proses dimulai dengan mempersiapkan campuran air, probiotik, dan molasses dalam drum. Kemudian, kotoran sapi disiram dengan campuran tersebut, disusul dengan penaburan serbuk gergaji. Setiap lapisan kotoran sapi ditutupi dengan terpal untuk menjaga kelembaban dan mencegah penguapan.
Pentingnya penyiraman yang merata dengan campuran air molasses dan probiotik di setiap lapisan kotoran sapi ditekankan dalam penjelasan mereka. Setelah pembuatan lapisan pertama, proses ini diulangi untuk lapisan berikutnya hingga jumlah lapisan mencapai lima hingga tujuh. Terakhir, lapisan kotoran sapi ditutup dengan terpal untuk menjaga kondisi lingkungan yang optimal bagi proses dekomposisi. Dengan pembuatan pupuk kompos dari kotoran sapi ini, mereka berharap dapat mengurangi jumlah limbah, memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk yang berguna bagi tanaman, dan menjaga keseimbangan mineral dalam tanah.