Wabah PMK sudah berjalan satu bulan lebih namun belum ada tanda-tanda bisa diatasi bahkan cenderung semakin meluas, bagaimana pengaruh virus PMK terhadap pasokan hewan kurban. Awalnya PMK hanya menjangkit di dua provinsi yaitu di Provinsi Aceh dan Jawa Timur namun belum ada sebulan sudah mampu menjankit hampir di 16 provinsi sehingga kondisi ini akan mempengaruhi pasokan hewan qurban ke wilayah Jabodetabek. Selama ini di daerah Jabodetabek sedikit sekali peternak yang memelihara atau memproduksi hewan qurban, baik kambing, domba maupun sapi sehingga 95% kebutuhan hewan kurban di daerah Jabodetabek dipasok dari enam provinsi yaitu wilayah NTT, NTB, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah dan provinsi Lampung.
Adanya kebijaksanaan pengetatan atau lockdown lokal akibat wabah PMK menyebabkan pasokan hewan korban terhambat, pasokan hewan qurban biasanya mulai setelah hari raya Idul Fitri. Tetapi dikarenakan setelah Idul Fitri ini terjadi wabah PMK yang menjalar di beberapa provinsi menyebabkan otoritas veteriner maupun dan dinas peternakan maupun kesehatan hewan berusaha untuk melokalisir atau membatasi lalu lintas hewan terutama hewan kurban.
Untuk mengantisipasi merebaknya atau meluasnya virus PMK, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menutup sementara beberapa pasar hewan baik itu di wilayah Jawa Timur, Jawa Tengah maupun di Jawa Barat. Melihat kondisi seperti ini maka akan menyebabkan pasokan hewan qurban terbatas karena pasokan hewan kurban untuk wilayah Jabodetabek ini sebagian besar dipasok dari pasar-pasar hewan yang ada di enam provinsi yang sudah terjangkit virus PMK.
Pebisnis peternak musiman di daerah Jabodetabek menjadi tidak berani karena melihat kondisi yang terjadi saat ini, hal ini karena dikhawatirkan semakin meluas wabah PMK. Proses penjualan dan pemotongan yang menjadi lebih ketat menyenbabkan pebisnis musiman yang biasanya memasok sapi qurban mengalami hambatan dan tidak dapat melakukan penjualan saat qurban tahun ini.
Permintaan hewan qurban pada tahun ini relative tidak mengalami penurunan bahkan mengalami kenaikan permintaan, dibandingkan 2 tahun saat adanya wabah virus covid 19 yang mengalami penurunan permintan. Permintaan hewan qurban yang tidak sesuai dengan jumlah pasokan yang ada dapat menyebabkan kenaikan harga daging sapi sekitar 20%.
