Peluang Tenaga Kerja Indonesia Hilang Akibat Impor Daging

Topik Artikel : Berita Ternak
Sapibagus Minggu 21 Mei 2023
Share this

Kondisi neraca daging sapi di Indonesia mengalami kekurangan akibat pasokkan daging lokal tidak mampu memenuhi kebutuhan atau permintaan daging secara nasional. Seperti apa permintaan daging nasional? Menurut data pusat statistik Indonesia bahwa tahun ini kebutuhan daging tahun ini diperkirakan sekitar 815.000-ton atau sekitar 815jt Kg. pasokkan lokal hanya mampu sekitar 405.000-ton daging, artinya masih terjadi kekurangan sebesar 415.000 ton. Darimana kekurangannya itu? Yaitu dipasok dari impor berupa daging kerbau dari Indonesia dan daging sapi dari beberapa negara seperti Amerika, Brazil, Argentina, Australia, dan New Zealand. Itu gambaran dari kekurangan pasokkannya.

Pemerintah meminta daging kerbau di India berharap bahwa masyarakat membeli daging kerbau seperti daging sapi dengan harga yang relatif murah. Karena harga daging kerbau di India sangat murah sekitar Rp. 50.000/kg. namun, dalam kenyataannya harga daging kerbau di Indonesia ini sudah menembus di harga Rp. 100.000/kg. selama ini pemerintah menunjuk bulog sebagai importir daging kerbau dari India. Namun karena timbul disvarietas harga yang mencolok sehingga tahun ini diberi kesempatan importir-importir untuk mengimpor daging kerbau dari India, dimana atas rekomendasi dari Kementrian Pertanian merekomendasi ada 19 perusahaan yang diusulkan ke Kementrian Perdagangan untuk mengimpor daging kerbau dengan harapan terjadi penurunan harga terhadap harga daging kerbau yang cukup tinggi.

Lalu bagaimana dampaknya untuk peternak yang selama ini melakukan budidaya atau menggemukan sapi ini? Kita paham bahwa 405.000 ton apabila diekuivalenkan dengan jumlah ekor sapi setara dengan 700.000 ekor sapi karena 1 ekor sapi diasumsikan dengan 500kg akan menghasilkan daging sapi murni sekitar 170kg sehingga apabila 700.000 ekor sapi jika dipotong akan menghasilkan sekitar 410.000 ton.

Impor setara dengan 700.000 sapi yang siap potong. Misalnya, 1 peternak bisa menghasilkan 14 ekor untuk mencukupi kebutuhan daging, maka berapa banyak peternak? Yaitu setara dengan 350.000 peternak. Kalau 350.000 peternak, masing-masing peternak mempekerjakan 2 orang pekerja + pemiliknya berarti setara dengan 1 juta orang pekerja. Bisa dibayangkan gara-gara pemerintah gagal melakukan swasembada sehingga mengimpor daging 410.000 ton, berarti peluang mempekerjakan tenaga kerja sebanyak 1 juta orang hilang karena mengimpor daging. Belum lagi dari pemasok-pemasok, baik pemasok konsentrat, pemasok hijauan, angkutan, distribusi berupa penjualan sapi maupun pedet, bisnis breeding, itu semua bukan hanya 1 juta lapangan kerja. Tetapi bisa 2 bahkan 3 kali lipat. Apalagi misalnya sapi juga di potong di RPH yang memiliki tenaga kerja untuk memotong. Demikian juga pendistribusian melalui pasar ke RPH. Setelah di RPH dibawa ke pasar, tentunya disitu juga ada transportasinya. Dan di pasar ada penjual daging. Disinilah kelihatan sekali akan banyak menyerap tenaga kerja apabila impor daging bisa dipenuhi dari pasaran lokal. Tentunya bukan hanya 1 juta lapangan kerja bukan? Ini hanya di sektor impor daging.

Lalu bagaimana dampaknya impor daging sapi dan kerbau? Tentunya peternak akan merasa tertekan. Karena selama ini peternak lokal memproduksi sapi-sapi di harga sekitar Rp. 50.000/kg timbangan hidup. Apabila dipotong menjadi karkas maka dijual dengan harga karkasannya sekitar Rp. 100.000/kg. artinya apabila dijadikan daging ada selisih 20rb sehingga harga pokok di pasar sekitar Rp. 120.000/kg sehingga wajar jika tukang daging menjual diharga Rp. 130.000 – Rp. 140.000/kg. apabila harga daging dari India hargnya relatif murah di bawah Rp.100.000/kg, maka konsumen akan memilih daging yang lebih murah.

Untuk business catering tentunya akan menggunakan daging dengan bahan baku yang paling murah. Lalu pada industri olahan seperti bakso, sosis juga akan menggunakan daging yang murah agar bisa berkompetisi dengan industri olahan yang lain supaya menghasilkan harga pokok yang rendah. Berarti dengan adanya impor daging ini akan berdampak kepada peternak kita, harusnya mendapatkan mendapatkan margin yang lebih baik, ternyata marginnya tipis bahkan akan merugi. Saat panennya disaat musim idul fitri diharapkan harga ini bisa terkerek naik supaya mendapatkan margin yang layak. Namun dengan adanya banjir daging impor ini akan menyebabkan harga daging lokal akan tertekan.

Produk Terkait
Dapatkan info produk terkait artikel di atas dengan klik tombol "Pesan Produk Terkait" sekarang!
Artikel terkait
Peluang Tenaga Kerja Indonesia Hilang Akibat Impor Daging | Blog tokosapibagus.com | Toko Sapibagus