Indonesia Australia Commercial Cattle Breeding Partnership menyelenggarakan webinar bertajuk “Potensi Model Pembiakan Sapi di Indonesia†pada Kamis (4/6/2020) lalu. Webinar ini diunggah ke akun youtube IAredmeatcattle. Dalam webinar tersebut, salah satu pemateri yang diundang adalah Ir. Sugiono MP selaku Direktur Perbibitan dan Produksi Ternak Kementerian Pertanian, beliau menyampaikan materi dengan judul “Tinjauan Pemerintah Terkait Model Pembiakan Sapi Potong di Indonesiaâ€.
Berdasarkan sensus ternak pada tahun 2013, jumlah rumah tangga ternak sapi ada sekitar 5,08 juta rumah tangga. Namun, ketika sensus ternak pada tahun 2018, jumlah rumah tangga ternak menurun menjadi 4,6 juta. Gambaran tujuan rumah tangga usaha peternakan sapi pun lebih banyak ditujukan pada proses breeding.
Hal ini terbukti dari persentase yang dilansir berdasarkan Survei Struktur Ongkos Usaha Tani Badan Pusat Statistik (SOUT BPS) tahun 2017. Persentase tujuan budidaya sapi tertinggi ada pada pembiakan, sekitar 65,96%. Pengembangbiakan adalah usaha pemeliharaan ternak dengan tujuan untuk memperbanyak anakan sapi.
Persentase tujuan budidaya sapi tertinggi kedua adalah penggemukan, sekitar 33,94%. Proses penggemukan adalah usaha pemeliharaan ternak dengan tujuan meningkatkan bobot atau berat ternak dengan cara membeli bakalan atau anak ternak dan kemudian menjualnya apabila sudah cukup umur. Sedangkan pembibitan menjadi tujuan budidaya sapi paling rendah, hanya sekitar 0,1%. Pembibitan adalah usaha pemeliharaan ternak dengan tujuan memperoleh anakan, bakalan (ternak muda) yang akan mewarisi sifat-sifat unggul dengan cara-cara pemuliaan ternak (seleksi).
Usaha penggemukan sapi masih menjanjikan karena para peternak mendapat keuntungan lebih dibandingkan dengan biaya produksinya. Meskipun, komponen pakan adalah biaya produksi paling tinggi pada proses ini, disusul dengan biaya upaya kerja para Sumber Daya Manusia (SDM) yang akan membantu proses ini di peternakan setempat.
Hal ini akan menyebabkan naik atau turunnya populasi sapi yang ada di Indonesia. Pihak pemerintah pun sudah mendukung pengadaan sapi Indonesia melalui program SIKOMANDAN yang merupakan program andalan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kementerian Pertanian. Program ini dibuat dengan tujuan meningkatkan produksi dan populasi ternak sapi dan kerbau di Indonesia.
Selain itu, ada pula program-program tambahan seperti Produksi benih dan bibit, penetapan rumpun atau galur, dukungan regulasi, dan penataan wilayah sumber bibit sapi. Hingga saat ini, Provinsi Jawa Timur menjadi peringkat pertama dalam jumlah populasi sapi.
Indonesia juga memiliki infrastruktur yang mendukung proses pembiakan sapi potong Indonesia berupa adanya penyediaan bibit ternak oleh BPTU HPT Indrapuri, BPTU HPT Padang Mengatas, BPTU HPT Sembawa, BPTU HPT Sapi Bali yang berada di Desa Pulukan, Bali dan Kabupaten Dompu, Nusa Tenggara Barat, lalu BPTU HPT Pelaihari di Kalimantan Selatan.
Kemudian, ada pula Lembaga penyediaan benih sapi seperti Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari, Balai Inseminasi Buatan (BIB) Lembang, dan Balai Embrio Ternak (BET) Cipelang. Maka dari itu, peternakan akan lebih mudah berkembang dengan banyaknya dukungan. Hanya saja, para petenak harus menjalani usaha peternakannya dengan hati agar hasilnya semakin maksimal.