Setelah absen selama 2 tahun, acara LEP EXPO akhirnya diadakan kembali pada tanggal 9-10 Juni 2022 lalu di BSD Tangerang dengan tema “Creating Value for Consumers and Capturing Value For Stakeholders for Better Businesses Safer Tradeâ€. Acara ini dihadiri oleh ratusan visitors yang berasal dari berbagai daerah dan negara dengan salah satu pembahasannya yaitu mengenai “Wabah Virus PMKâ€. Indonesia sedang terjangkit Penyakit Mulut dan Kuku saat ini. Penyakit mulut dan kuku (PMK) adalah penyakit virus yang sangat mudah menular pada ternak diawali dengan gejala demam diikuti dengan munculnya vesikel (lepuh) terutama di mulut dan kaki. PMK umumnya tidak mematikan untuk hewan ternak yang sudah dewasa, tetapi dapat membunuh hewan ternak yang muda dengan presentase 1-2% dan juga menyebabkan kerugian produksi yang serius. Penyakit mulut dan kuku ini menyebabkan kerugian ekonomi dan juga kelangkaan obat-obatan ternak.
Sosialialiasi kepada masyarakat sangatlah perlu dilakukan mengingat penyakit ini dapat merugikan bagi masyarakat itu sendiri. Hal yang perlu disosialisasikan kepada masyarakat adalah bahwasannya penyakit mulut dan kuku yang diderita pada semua hewan berkuku belah (cloven hoop) seperti domba, kambing, babi, rusa, sapi, kerbau, dan onta memiliki gejala yang berbeda-beda. Gejala klinis PMK pada hewan rentan sedikit bervariasi antar spesies dengan masa inkubasi berkisar antara 1-14 hari dengan angka kesakitan mencapai 100% dan angka kematian 5%. PMK yang terjadi pada domba dan kambing relatif tidak terlihat gejala klinisnya sehingga sering disebut dengan maintenance host. Domba dan kambing yang terkena PMK biasanya tidak dapat terlihat dengan kasat mata jika sedang menderita penyakit sehingga kemungkinan untuk ternak tersebut menjadi carrier (pembawa virus) semakin besar dengan masa carrier kambing 4 bulan dan domba 12 bulan. Hal yang paling ditakutkan adalah apabila penyakit PMK ini menyerang babi, karena babi dapat mensekresikan virus ini dan menghasilkan virus PMK yang lebih banyak. Pada kondisi PMK saat ini tidak hanya lalu lintas ternak sapi saja yang harus diperhatikan, pengendalian ternak babi justru menjadi catatan yang penting. Gejala klinis PMK pada sapi sangatlah terlihat dengan jelas. Namun, yang menjadi masalah adalah apabila ternak sapi telah sembuh dari PMK maka ternak ini berkemungkinan menjadi carrier (6-9,5 tahun). Salah satu cara yang dapat dilakukan agar dapat dipastikan bahwa ternak sapi telah benar-benar bebas dari penyakit mulut dan kuku yaitu dengan cara dilakukan PCR. Pada 22 Mei 2022 menunjukkan bahwa sebanyak 18 Provinsi dan 180 Kota/Kabupaten telah terjangkit wabah PMK. Angka kesakita ini terus meningkat setiap harinya. Data tersebut didapatkan dari pelaporan dari Kabupaten/Kota ke Provinsi lalu diverifikasi oleh Gugus Tugas Provinsi dan kemudian diberikan ke Gugus Tugas Nasional.
Sakit pada PMK ini dibedakan menjadi 2 yaitu positif dan suspect. Salah satu contoh apabila di suatu kandang ada 10 ternak, lalu ada 2 ternak yang mengalami gejala klinis PMK. Diambil 5 sampel dari ternak tersebut dan dikirim ke Balai Penelitian Veterineer, dari sampel tersebut menunjukkan bahwasannya ternak yang sakit positif 3. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ternak yang sakit suspect sebanyak 7 dan total sakit ada 10. Sampai sekarang tercacat bahwa ternak yang sakit telah mencapai angka sebanyak 80 ribu, tetapi jumlah kesembuhan dari PMK juga meningkat. Apabila dilihat di lapangan, ternak yang sudah menunjukkan gejala klinis contohnya demam dan langsung diberikan obat menunjukkan angka kesembuhan yang lebih besar jika dibandingkan dengan ternak sakit yang hanya dibiarkan saja.
Mewabahnya virus PMK ini mengharuskan peternak untuk dapat meningkatkan imunitas sapi tersebut. Oleh karena itu, diperlukan multivitamin seperti B kompleks, cardiofit, dan biodine. Beberapa obat yang disarankan untuk diberikan kepada ternak di tengah merebaknya wabah PMK apabila ternak sedang mengalami gejala demam/panas yaitu ada Suprodon, Sulpidon, dan Cardiofit. Untuk menjaga kehigienisan dari kandang juga ternak dapat menggunakan disinfektan seperti Prodestan.
Prinsip dasar pemberantasan PMK yaitu dengan cara mencegah kontak hewan peka dengan sumber penyakit hal ini dapat dilakukan dengan pengendalian lalin, surveilans, perlakuan pada produk, dan kompartemen bebas PMK. Salin itu prinsip yang kedua dengan menghentikan sirkuasi dan produksi virus di lingkungan seperti dekontaminasi dan siposal. Ketiga, meningkatkan kekebalan hewan peka dengan melakukan vaksinasi.