Perbedaan Timbangan Sapi Faktur Dan Real

Topik Artikel : Qurban
Sapibagus Sabtu 03 Juni 2023
Share this

Pembelian hewan kurban, terutama sapi, sering kali membingungkan para pembeli karena adanya perbedaan harga yang signifikan meskipun bobot hewan tersebut sama. Dalam konteks ini, penting untuk memahami perbedaan antara harga berdasarkan timbangan faktur dan timbangan real.

Ambil contoh kasus timbangan faktur. Salah satu jenis sapi yang sering digunakan sebagai hewan kurban adalah Sapi Bali, yang berasal dari Pulau Bali. Ketika sapi Bali ini ditimbang di Pasar Brigit, Bali, dengan menggunakan timbangan hidup, bobotnya mencapai kisaran 300 kg. Pedagang sapi mencatat bobot tersebut, dan kemudian sapi dikirim ke wilayah Jabodetabek menggunakan truk. Proses pengangkutan ini memakan waktu minimal 2 hari 2 malam, karena sapi perlu istirahat pada siang hari.

Selama perjalanan dari Bali ke Jabodetabek, sapi mengalami dehidrasi karena kurangnya asupan cairan. Sapi biasanya minum secara teratur, tetapi saat berada di dalam truk, mereka tidak dapat melakukannya. Selain itu, sapi yang biasanya nyaman berada di kandang dapat merasa tidak nyaman karena harus berdiri sepanjang waktu selama perjalanan. Bayangkan, sapi harus berdiri selama hampir 24 jam dengan kondisi truk yang berhenti dan berjalan. Proses ini menyebabkan stres pada sapi, yang pada gilirannya menyebabkan penurunan berat badan.

Berdasarkan pengalaman Sapibagus, penurunan berat badan sapi akibat pengangkutan dapat mencapai 15-20%. Misalkan, jika sapi awalnya memiliki bobot 300 kg, maka penurunan sebesar 15-20% berarti sapi tersebut kehilangan sekitar 50 kg. Dengan demikian, ketika sapi Bali ini sampai di Jabodetabek dan ditimbang kembali, bobotnya tidak akan melebihi 250 kg. Inilah yang disebut sebagai timbangan real (timbangan sebenarnya) di Jabodetabek.

Selanjutnya, mari kita lihat contoh penghitungan harga. Misalkan sapi ini ditimbang di Pulau Bali dengan bobot 300 kg, dan harganya dalam bentuk faktur adalah Rp70.000 per kilogram. Dengan demikian, total harga faktur sapi tersebut akan menjadi Rp21 juta (Rp70.000 x 300 kg). Namun, ketika sapi tersebut ditimbang dengan timbangan real di Jabodetabek, bobotnya hanya mencapai 250 kg. Oleh karena itu, untuk mendapatkan harga sebenarnya, kita perlu membagi total harga faktur (Rp21 juta) dengan bobot sebenarnya (250 kg), yang menghasilkan harga sekitar Rp84.000 per kilogram.

Dalam pembelian hewan kurban, penting bagi calon shohibul kurban untuk memahami perbedaan antara harga berdasarkan timbangan faktur dan timbangan real. Harga faktur umumnya digunakan oleh pedagang musiman atau pedagang di lapak, sementara harga real umumnya digunakan oleh pedagang di kandang yang memiliki sapi-sapi yang telah lama dirawat dan dipelihara di kandang tersebut.

Seringkali, harga faktur terlihat lebih murah dibandingkan dengan harga real, tetapi sebenarnya hal ini tidak selalu terjadi. Misalnya, dalam kasus sapi Bali di Jakarta, harga real sebesar Rp80.000 per kilogram terlihat lebih mahal daripada harga faktur sebesar Rp70.000 per kilogram di Bali. Namun, jika kita membandingkan dengan lebih jauh, harga real Rp80.000 di Jakarta sebenarnya lebih murah daripada harga faktur Rp70.000 di Bali.

Penting untuk dicatat bahwa penjelasan dalam artikel ini hanya sebagian kecil dari informasi yang dapat dipahami mengenai timbangan dan harga hewan kurban. Jika ada pertanyaan lebih lanjut atau ingin mengetahui informasi mengenai harga sapi kurban maupun layanan terkait, calon shohibul kurban dapat menghubungi nomor WhatsApp yang tercantum di bawah artikel ini. Tim Sapibagus siap memberikan penjelasan lebih lanjut dan juga dapat membantu dalam pemesanan sapi kurban, pengiriman, serta paket pemotongan sesuai dengan kebutuhan.

Produk Terkait
Dapatkan info produk terkait artikel di atas dengan klik tombol "Pesan Produk Terkait" sekarang!
Artikel terkait
Perbedaan Timbangan Sapi Faktur Dan Real | Blog tokosapibagus.com | Toko Sapibagus