Populasi Sapi Indonesia Menurun

Topik Artikel : Berita Ternak
Sapibagus Senin 12 Februari 2024
Share this

Populasi sapi di Indonesia mengalami penurunan di mana pada awal bulan Desember tahun 2023 Biro Pusat Statistik telah merilis datanya mengenai hasil sensus populasi sapi dan kerbau di negeri ini. Berdasarkan hasil sensus tahun 2023 di mana Biro Pusat Statistik menyampaikan dua data yaitu data Perbandingan hasil sensus populasi sapi dan kerbau. Pada tahun 2013 yang berjumlah sekitar 14.230.000 ekor kemudian hasil sensus tahun 2023 ini menjadi 11.790.000 ekor ini mengalami penurunan sebesar 17,2%. Pemerintah lewat APBN telah menganggarkan ke dirjen peternakan dan kesehatan hewan setiap tahunnya rata-rata 2 triliun rupiah. Apabila dikalikan selama 10 tahun sebesar 20 triliun.

Mengapa dengan anggaran 20 triliun populasi sapi bukannya tetap atau mengalami kenaikan malah mengalami penurunan. Sebab-sebab menurunnya populasi sapi yang pertama adalah bahwa di awal pemerintahan presiden jokowi menyampaikan bahwa harga daging sapi di negeri ini sangat mahal sehingga perlu diturunkan karena presiden Jokowi membandingkan harga daging sapi di negeri kita dengan di luar negeri. Saat itu Presiden Jokowi menyampaikan bahwa saya tidak mau tahu bahwa harga daging sapi harus di angka Rp 80.000 per kilonya. Diketahui bahwa harga pokok produksi untuk menghasilkan daging sapi di peternak-peternak rakyat maupun di industri peternakan rata-rata Rp 100.000 per kilonya. Harga pokoknya belum termasuk marginnya yang diambil oleh para pedagang. Demikian apabila Presiden Jokowi menyatakan harga Rp 80.000 maka tentunya akan berpotensi mengalami kerugian. Apabila harus menjual di harga Rp 80.000 dengan kondisi seperti ini maka saat pemerintah membuka lebar-lebar keran daging impor baik daging kerbau dari India maupun daging sapi beku dari berbagai negara termasuk dari Australia maupun dari brazil dan Argentina.

Masuknya daging impor dari luar menyebabkan harga daging lokal akhirnya tertekan di situ sebagian peternak mengalami kerugian. Demikian para industri feedlot mengalami kerugian dan mengurangi produksi atau populasi sapi yang dipelihara di farmnya. Ada beberapa industri peternakan sengaja memang ditutup karena berpotensi akan mengalami kerugian. Apabila dilanjutkan dengan harga yang murah dengan kondisi seperti itu maka persaingan akhirnya tidak sehat. Di mana sebagian oknum pedagang daging di pasar mencampur atau mengoplos daging impor atau daging kerbau yang diimpor dari India yang harganya relatif murah. Kemudian di-mix atau dioplos dengan daging sapi segar sehingga harganya pun bukan dipatok di harga Rp 80.000 tapi di atas Rp 80.000 per kilonya.

Kondisi dengan melihat seperti ini penyebab dari menurunnya populasi sapi adalah adanya oknum-oknum jagal yang memang sengaja memotong sapi betina produktif. Memotong sapi betina produktif karena memang harganya lebih murah jika dibandingkan dengan sapi jantan sebab sapi jantan akan dijual lebih mahal nanti saat musim Idul adha. Kondisi seperti ini maka banyak sapi-sapi betina produktif dipotong di jagal-jagal yang tanpa ada kontrol dari pemerintah atau dari aparat penegak hukum sehingga menyebabkan populasi sapi indukan jauh berkurang. Kalau sapi indukan banyak dipotong apalagi ditemukan ada betina-betina bunting sengaja dipotong maka tentunya akan berkurang populasinya.

Kemudian penyebab berikutnya adalah adanya wabah penyakit PMK dan wabah penyakit kulit LSD. Wabah ini memang sangat berpengaruh terhadap populasi karena yang diserang adalah sapi-sapi keseluruhan baik sapi jantan, sapi betina maupun sapi perah bahkan anak-anak sapi masih pedet pun juga diserang.

Peternak-peternak saat itu mengalami kebingungan karena berusaha mengobati ternyata banyak yang gagal sehingga ada sapi-sapi yang harus dipotong paksa. Kemudian ada juga sapi-sapi yang sudah keburu mati belum sempat dipotong. Menyebabkan petani-petani mengalami trauma untuk tidak memelihara sapi karena risikonya besar terkena wabah PMK maupun penyakit LSD. Penyakit PMK akhirnya diputuskan oleh pemerintah sebagai kondisi yang luar biasa atau kondisi emergency atau alias ditentukan sebagai kondisi yang mewabah. Kondisi seperti ini petani-petani atau peternak-peternak rakyat sekarang banyak berfokus memelihara untuk saat kurban saja. Apabila memelihara sapi untuk keperluan pemotongan ternyata kurang menguntungkan hasilnya relatif sangat minim sehingga sebagian peternak atau penggemukan sapi sekarang lebih berfokus ke pemeliharaan saat musiman yaitu musim idul fitri atau lebaran maupun Idul Adha atau kurban. Dua momen ini harga daging sapi maupun sapi hidup untuk kurban mengalami kenaikan. Saat itulah para peternak menikmati keuntungannya.

Menurut analisis kami bahwa populasi sapi di negeri kita mengalami penurunan namun tetap menyisakan tanda tanya sebab setiap tahun pemerintah lewat dirjen peternakan dan kesehatan hewan. Anggarannya cukup lumayan yaitu sekitar 2 triliun setiap tahunnya apabila kita compare dari tahun 2013 sampai 2023 selama 10 tahun total anggarannya sebesar 20 triliun tetapi anggaran 20 triliun tidak menghasilkan tambahan populasi. Baik sahabat tetap semangat jadi peternak salam sapi bagus. Sapi bagus Farm menyediakan hewan kurban berupa kambing domba dan sapi jenisnya antara lain sapi Bali, sapi Madura ongole dan limosin dengan bobot antara 250 kg sampai 1 ton.

Produk Terkait
Dapatkan info produk terkait artikel di atas dengan klik tombol "Pesan Produk Terkait" sekarang!
Artikel terkait
Populasi Sapi Indonesia Menurun | Blog tokosapibagus.com | Toko Sapibagus