Aksi peternak sapi perah yang membuang puluhan ton susu segar di Boyolali, Blitar, dan Pasuruan pada November 2024 menjadi sorotan publik. Protes ini mengungkap persoalan mendasar dalam industri susu segar nasional, mulai dari penolakan susu oleh industri pengolahan hingga pembatasan kuota penyerapan. Konflik ini mencerminkan perlunya solusi komprehensif untuk memperbaiki rantai pasok susu segar di Indonesia.
Peternak merasa telah mematuhi standar yang ditetapkan industri, seperti menjaga kualitas susu melalui proses pemerahan dan penyimpanan yang baik. Namun, beberapa industri pengolahan susu (IPS) menolak produk mereka dengan alasan kualitas tidak sesuai standar. Selain itu, kuota pengiriman sering kali dipotong tanpa pemberitahuan. Akibatnya, susu yang tidak terserap rusak dalam waktu singkat, menyebabkan kerugian besar bagi peternak.
Pertanyaannya, apakah penolakan ini benar-benar karena kualitas, atau ada preferensi terhadap impor susu bubuk yang dianggap lebih murah oleh industri? Situasi ini memunculkan krisis kepercayaan antara peternak dan pelaku industri.
Untuk menangani masalah ini, Satgas Pangan Polri bersama Kementerian Pertanian melakukan inspeksi di sejumlah wilayah. Langkah yang diambil meliputi:
Pengujian kualitas susu: Memeriksa warna, bau, kekentalan, kandungan lemak, protein, mikroba, dan parameter lainnya.
Pengecekan proses produksi: Mulai dari kandang sapi, pemerahan, hingga penyimpanan di cooling unit.
Evaluasi industri pengolahan susu: Meninjau mekanisme penyerapan susu dari peternak.
Meski tindakan ini menunjukkan keseriusan pemerintah, langkah ini bersifat reaktif. Pendekatan preventif melalui pemantauan berkala harus menjadi prioritas agar masalah seperti ini tidak berulang.
Penolakan susu oleh industri membawa dampak besar bagi peternak, seperti:
1. Kerugian Ekonomi: Susu yang tidak terserap dalam jumlah besar rusak dalam hitungan hari, merugikan peternak yang sudah mengeluarkan biaya produksi tinggi.
2. Krisis Kepercayaan: Hubungan antara peternak dan IPS terganggu, menciptakan ketidakpastian dalam bisnis.
Solusi untuk Memperkuat Industri Susu Lokal
Untuk menyelesaikan masalah ini, diperlukan kebijakan yang berpihak pada peternak lokal, seperti:
Kemitraan yang Adil: Industri harus memastikan transparansi dalam penyerapannya dan memprioritaskan susu lokal sebelum impor.
Peningkatan Infrastruktur dan Teknologi: Investasi dalam teknologi untuk meningkatkan kualitas dan daya tahan susu segar.
Pemberdayaan Peternak: Pelatihan teknis dan manajemen untuk membantu peternak memenuhi standar kualitas industri.
Selain itu, pemerintah perlu mendorong kolaborasi antara industri dan peternak melalui program kemitraan yang berkelanjutan. Langkah ini tidak hanya meningkatkan kepercayaan, tetapi juga memperkuat ketahanan pangan nasional.
Krisis penyerapan susu segar ini adalah pengingat bahwa keberlanjutan industri susu Indonesia membutuhkan kolaborasi semua pihak. Pemerintah, industri, dan peternak harus membangun hubungan yang transparan, adil, dan berorientasi jangka panjang. Jika dikelola dengan baik, potensi sektor susu segar nasional dapat menjadi andalan untuk menggantikan ketergantungan pada impor.
Untuk peternak yang ingin meningkatkan kemampuan dan mendapatkan pelatihan teknis terkait manajemen susu segar, Sapibagus Academy menyediakan program pelatihan yang lengkap dan aplikatif. Untuk informasi lebih lanjut silakan hubungi kami melalui WhatsApp atau bisa langsung memesan melalui Shopee dan Tokopedia.