Kebutuhan daging sapi di wilayah Jabodetabek dan Bandung Raya sebagian besar dipenuhi oleh feedlotter atau industri peternakan lokal serta melalui impor daging. Proses supply dari kedua sumber ini mengalami perjalanan yang kompleks sebelum akhirnya sampai ke tangan konsumen. Sebagai praktisi pembisnis sapi potong yang berperan dalam memasok kebutuhan daging, Mas Ari memberikan wawasan tentang langkah-langkah yang terlibat dalam bisnis ini.
Pertama-tama, impor daging sapi umumnya berasal dari Australia. Daging tersebut diimpor khusus untuk mengantisipasi kekurangan pasokan lokal. Setelah tiba di Indonesia, daging-daging tersebut didistribusikan ke berbagai Rumah Potong Hewan (RPH). Proses selanjutnya terjadi di RPH, dimana daging dipotong dan dibagi menjadi dua segmen utama: pasar tradisional dan industri olahan.
Dalam konteks pasar tradisional, sapi-sapi dengan bobot berbeda memenuhi preferensi konsumen. Sapi jenis bull, dengan berat mencapai 800 kg, cenderung lebih diminati di pasar karena memiliki daging yang kering dan berlemak. Di sisi lain, sapi-sapi dengan bobot lebih ringan, seperti feeder bull, memenuhi kebutuhan pasar becek karena memiliki tulang kecil dan harganya terjangkau. Sementara itu, untuk industri olahan, jenis sapi seperti haver atau setir menjadi pilihan utama. Sapi steer, yang tumbuh cepat karena perlakuan hormon tertentu, memiliki harga beli yang lebih tinggi karena kualitasnya yang lebih baik. Namun, sapi cow, dengan harga lebih terjangkau, menjadi favorit di pasar-pasar pinggiran yang tidak terlalu memperhatikan kualitas daging.
Proses distribusi tidak hanya tergantung pada jenis sapi, tetapi juga pada daya beli konsumen di berbagai wilayah. Pasar tradisional di DKI Jakarta cenderung memilih daging berkualitas tinggi, sementara pasar pinggiran seperti Sukabumi atau Soreang lebih suka jenis sapi dengan harga yang lebih terjangkau. Dengan memahami dinamika ini, pembisnis sapi potong seperti Mas Ari dapat menjalankan perannya secara efektif dalam memenuhi kebutuhan daging sapi di wilayah Jabodetabek dan Bandung Raya. Proses ini mencakup seleksi jenis sapi yang sesuai dengan preferensi pasar, pemotongan di RPH, dan distribusi yang tepat guna.
