Sukses Integrasi Peternakan Pertanian

Topik Artikel : Info Peternak
Sapibagus Jumat 11 Agustus 2023
Share this

Bapak Sri Darmono merupakan salah satu lulusan dari ITB (Institut Teknologi Bogor) jurusan teknik industri, layaknya alumni ITB yang diterima di banyak tempat bahkan tanpa mendaftar beliau juga diminta untuk terkait di bidang-bidang yang ditawarkan di kampus. Pada tahun 90-an, beliau mendaftar di salah satu pabrik pupuk dengan hipotesisnya yaitu bahan yang saat ini berasal dari bahan yang non-wable menjadi renewable.

Pada tahun 1993, bapak Sri Darmono mengadakan riset tentang sapi karena di Oxford sedang beredar mengenai penjualan hewan-hewan hasil kloning. Hal tersebut yang membuat bapak Sri Darmono tertarik kemudian kembali ke Indonesia untuk mengembangkan semen beku, sel telur, dan embrio transfer. Embrio transfer dapat dilakukan jika ada sperma dan sel telurnya. Pada saat itu, bapak Sri Darmono dibantu oleh JK dan beberapa dokter dari JK untuk melakukan embrio transfer sapi hingga lahir.

Setelah itu, bapak Sri Darmono tertarik bahwa ada nilai-nilai engineering tertentu yang dapat valueable. Pada pengaplikasiannya seiring dengan kemajuan teknologi proses baik tadi proses engine ini, kemudian ditemukanlah senyawa asam humat yang membuat beliau semakin semangat untuk membuatnya. Namun, pada saat bapak Sri Darmono mencari lisensi di US dan di beberapa negara lainnya ternyata masih sulit untuk mendapatkannya, tetapi bapak Sri Darmono tetap mengembangkan lisensinya.

Setelah asam humat dan material organik sudah didapatkan, ternyata ada hal yang menarik dari keduanya yaitu itu bernilai rupiah. Hal inilah yang menurut beliau sangat selaras dengan apa yang ada di farm, selain bernilai rupiah yaitu senang dan selaras dengan masyarakat. Lalu dalam perkembangannya, bapak Sri Darmono memelihara satu ekor yang kemudian bertambah ke- 23 ekor betina, setelahnya lahirlah 18 ekor anakan sapi dari betina tersebut. Namun sangat disayangkan karena sapi-sapi tersebut mati secara keseluruhan, tetapi karena dibantu oleh banyak pihak akhirnya sapi hasil dari transfer embrio bisa lahir selamat dan bisa berlanjut lagi dan jadilah sapi milik beliau berkembang dari 23 ekor, ke 70 ekor, lalu 800 ekor, dan pada akhirnya bisa tembus di atas 1000 ekor.

Hal tersebut merupakan dari sisi farm-nya. Kemudian pada tahun 2013, terjadi perkembangan dimana penggunaan fertilizer tidak terbatas hanya di lahan yang sempit tetapi bisa juga di hamparan lahan yang luas. Sejak saat itu kisah bapak Sri Darmono berubah dan berkembang serta menjadikan konsep dengan sapi kita dapat menyehatkan ekosistem. Hal itu juga menjadikan nilai sapi naik kembali dan menurut bapak Sri Darmono secara pribadi beliau bapak Sri Darmono belajar bahwa pada tahun 1990 beliau kurban satu ekor sapi, bapak Sri Darmono merasa masih jarang yang menjual sapi untuk kurban dan bapak Sri Darmono masih teringat pada saat membeli sapi tersebut secara tunai di pasar, kemudian dipotong.

Namun, ketika beliau memiliki 100 ekor sapi ternyata perasaan bapak Sri Darmono berbeda ketika panen dan melihat rekening. Begitu juga saat melihat sapi jumlahnya 300 ekor nanti, pada saat panen terlihat di rekening pun berbeda lagi. Jadi menurut bapak Sri Darmono, ada hal pembelajaran bahwa dikatakan sapi itu identik dengan gagal, gagal, dan gagal itu adalah belajar, tetapi ketika sudah menemukan yang menurut beliau menarik, menarik dan satu hal yang tidak bisa dipungkiri sapi adalah penyeimbang ekosistem.

Produk Terkait
Dapatkan info produk terkait artikel di atas dengan klik tombol "Pesan Produk Terkait" sekarang!
Artikel terkait
Sukses Integrasi Peternakan Pertanian | Blog tokosapibagus.com | Toko Sapibagus