Menuntut ilmu adalah kewajiban dalam setiap kegiatan manusia, begitu pun dalam hal beternak dan berbisnis sapi. Tetap ada ilmu-ilmu yang harus dipelajari agar bisa melaksanakan hal tersebut dengan baik dan benar serta mendapatkan hasil yang lebih maksimal dan meminimalisir risiko kerugian yang akan terjadi. Seperti yang dilakukan oleh salah satu alumni pelatihan bisnis sapi bersama Sapibagus yang berasal dari daerah Wonogiri, Danang Prihatianto, hingga beliau bisa memberikan tips memelihara hingga jual beli sapi kepada para sahabat Sapibagus.
Motivasi yang melatar belakangi keikut sertaan beliau dalam pelatihan bisnis sapi Sapibagus adalah ketertarikannya terhadap ilmu, terlebih beliau bukan berasal dari lulusan peternakan. Ilmu beternak yang selama ini beliau dapatkan hanyalah secara otodidak, sehingga hanya memberikan sapi makan, dicombor, lalu selesai. Hasilnya, beliau mendapatkan sapi dengan kualitas yang standar. Maka dari itu, beliau ingin mempelajari bagaimana cara beternak sapi yang baik dan benar dan berharap ilmu yang beliau dapatkan bisa bermanfaat dan ditularkan kepada warga desa.
Di daerah Wonogiri, masyarakatnya mayoritas merupakan perantau dan banyak yang kebingungan akan melakukan aktivitas apa untuk menyambung kehidupan. Didasari oleh kondisi geografis Wonogiri yang berbukit, maka daerah tersebut sangat cocok dijadikan sebagai lahan beternak. Faktor yang memungkinkan masyarakat Wonogiri untuk bisa maju di desa adalah bergerak dalam bidang peternakan.
Jenis sapi yang banyak dipelihara di Wonogiri adalah jenis sapi Peranakan Ongole (PO), Limousin, Simmental, dan sapi-sapi persilangan seperti Pegon. Danang mengatakan, empat jenis sapi tersebut merupakan yang paling banyak dipelihara di sana. Bakalan sapinya biasa didapatkan dari pasar-pasar sapi yang masih tradisional sekali.
“Di Wonogiri ada lima pasar sapi, yang terbesar itu ada dua, Perajiwantoro dan Purwantoro. Biasanya di dua pasar ini bakalan sapinya banyak dan jenisnya seperti yang tadi saya sebutkan,†ujar Danang, “sistem jual beli sapi yang diterapkan di sana masih berupa jogrokan, belum sistem timbangan.â€
Beliau sudah mulai berbisnis sapi selama dua tahun terakhir dengan melakukan jual beli sapi dan sudah melakukan penggemukan di kandang berskala rumahan. Danang biasa melakukan jual beli sapi di setiap pasaran sapi di Wonogiri seperti pasar Pon, Wage, Kliwon, Legi, dan Pahing. Jadi, fokusnya bukan hanya melakukan penggemukan sapi saja, tetapi juga melakukan trading persapian.
Proses jual beli sapi di pasar Wonogiri pada saat musim Idul Adha memang ramai dicari jenis sapi yang gemuk dan sesuai dengan kriteria hewan kurban. Kemudian, 1-2 bulan setelah Idul Adha baru yang paling banyak dicari adalah sapi bibit bakalan seperti pedet, sapi-sapi belum poel, dan sapi-sapi yang berusia 1-2 tahun untuk mengisi kandang. Di sana, harga sapi betina masih cenderung di bawah harga sapi pejantan.
Sapi betina biasanya diminati oleh para petani alami atau dalam bahasa Jawa disebut sebagai petani utun. Kalau peternak-peternak milenial seperti beliau biasanya lebih memilih membeli jantan. Beruntungnya, sistem peternakan di Wonogiri sudah mulai ketat. Dokter-dokter hewan sudah mulai tegas melarang pemotongan sapi-sapi betina yang masih produktif, jika masih disembelih akan dikenakan pidana dan dilaporkan kepada pihak berwajib.
Beliau juga sempat memberikan tips dalam memelihara dan berbisnis sapi. Pertama, meluruskan niat terlebih dahulu, sebagai muslim kita memang dianjurkan untuk beternak baik kambing maupun sapi. Kemudian, kita harus mencintai ternak yang dipelihara agar tercipta ikatan yang akan membuat sapi dan pemiliknya sama-sama merasa bahagia dan nyaman. Langkah selanjutnya baru belajar mengenai cara beternak dan berbisnis sapi dan mencari tahu target beternak akan seperti apa.
