Provinsi Jawa Timur dikenal sebagai sentral penghasil sapi terbesar di Indonesia, dengan Kabupaten Ponorogo menjadi salah satu kota yang mengontribusi signifikan dalam industri peternakan sapi. Mayoritas peternak di Ponorogo fokus pada kegiatan breeding, dengan banyak di antaranya menggunakan teknik inseminasi buatan. Breeding ini umumnya melibatkan sapi jenis simental dan limosin, meskipun beberapa peternak juga memelihara sapi Pegon yang sesuai dengan kondisi lingkungan setempat. Persyaratan utama dalam breeding ini adalah ketersediaan hijauan sebagai pakan utama.
Di Ponorogo, hijauan masih melimpah di beberapa wilayah, memungkinkan proses breeding berjalan dengan baik. Populasi sapi terutama terdiri dari betina, dan hasil breeding berupa pedet biasanya dijual ke pasar setelah mencapai ukuran yang layak. Proses penjualan pedet ini dapat melibatkan tukar tambah dengan sapi yang lebih kecil atau besar, tergantung pada kebutuhan peternak.
Proses tata niaga sapi di Ponorogo terpusat di dua pasar hewan, yaitu Pasar Legi dan Pasar Paing, yang berlangsung setiap hari Jawa. Peternak dari luar kota yang ingin membeli sapi bisa langsung datang ke pasar pada hari pasaran. Proses negosiasi umumnya dilakukan dengan menggunakan uang koin, di mana pembeli dan penjual berusaha mencapai kesepakatan harga yang adil.
Meskipun belum ada timbangan model sapi sebagai patokan dalam transaksi, proses negosiasi tetap berlangsung dengan baik. Peternak seperti Mas Anwar menekankan pentingnya pengamatan langsung terhadap sapi sebelum melakukan transaksi untuk memastikan kecocokan.